Emas Sentuh Rekor Tertinggi, Tren Bullish XAU/USD Masih Kokoh

by -3 Views

Harga emas (XAU/USD) kembali menorehkan rekor baru dengan tren kenaikan yang solid. Pada sesi perdagangan Amerika Utara, Senin (13/10), harga logam mulia ini menembus level psikologis penting di atas $4.100 dan terus bergerak naik hingga mendekati $4.130 pada awal sesi Asia, Selasa (15/10). Menurut analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, lonjakan harga emas kali ini tidak lepas dari meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang mendorong para investor beralih ke aset aman seperti emas.

Secara teknikal, Andy menjelaskan bahwa sinyal dari grafik candlestick serta indikator Moving Average (MA) mengonfirmasi kekuatan tren bullish yang masih dominan pada XAU/USD. Sentimen pasar cenderung positif, dan selama tekanan beli tetap kuat, peluang kenaikan lebih lanjut masih terbuka lebar.

“Apabila momentum kenaikan ini bertahan, emas berpotensi menembus level $4.200 dalam waktu dekat. Namun, bila terjadi koreksi teknikal, maka area $4.071 menjadi batas bawah yang perlu diwaspadai oleh trader,” jelas Andy.

Dari sisi fundamental, eskalasi konflik perdagangan AS–Tiongkok menjadi pendorong utama reli harga emas. Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan kebijakan baru yang lebih keras terhadap Tiongkok, termasuk penerapan tarif 100% untuk seluruh barang impor asal Negeri Tirai Bambu serta pembatasan ekspor perangkat lunak strategis buatan AS yang akan berlaku mulai 1 November. Meskipun Trump kemudian menenangkan pasar dengan pernyataan bahwa “semuanya akan baik-baik saja,” kekhawatiran terhadap perang dagang masih membebani pelaku pasar.

Faktor lain yang memperkuat reli emas adalah meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Federal Reserve (The Fed). Pasar kini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat Oktober, dan kemungkinan lanjutan pada Desember mendatang. Kebijakan suku bunga rendah ini membuat emas semakin menarik karena menurunkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa imbal hasil.

Meski demikian, sejumlah analis memperingatkan potensi koreksi harga setelah kenaikan signifikan lebih dari 56% sepanjang tahun ini. Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global Standard Chartered Bank, menilai bahwa “Rally emas masih memiliki ruang untuk tumbuh, tetapi konsolidasi jangka pendek akan lebih sehat bagi kelanjutan tren naiknya.”

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun delapan basis poin ke 4,059%, dan imbal hasil riil juga menurun ke 1,742%, kondisi yang semakin memperkuat dukungan terhadap harga emas. Analis dari Bank of America serta Societe Generale bahkan memperkirakan harga emas bisa mencapai $5.000 pada tahun 2026, sedangkan Standard Chartered menaikkan target rata-rata untuk tahun depan menjadi $4.488.

Secara keseluruhan, reli emas yang terjadi mencerminkan tingginya minat investor terhadap aset safe-haven di tengah ketidakpastian global. Momentum positif masih berpihak pada emas, memberikan peluang bagi trader yang mampu memanfaatkan arah pasar dengan strategi yang tepat.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES