JAKARTA — Dalam lanskap mobilitas masa kini, kecepatan, ketepatan waktu, dan kepastian jadwal menjadi kebutuhan utama masyarakat. KAI menjawab tantangan tersebut dengan membangun sistem operasi yang efisien, adaptif, dan terintegrasi.
Seluruh proses dari perencanaan perjalanan yang terstandar dengan Gapeka, pengelolaan sarana dan SDM, hingga pelayanan pelanggan dan angkutan barang ditata untuk mendukung konektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan.
Efisiensi waktu tempuh menjadi bukti nyata dari peningkatan layanan tersebut. KA Argo Bromo Anggrek relasi Gambir–Surabaya Pasar Turi misalnya, kini menempuh perjalanan hanya 7 jam 45 menit, dari sebelumnya 9 jam pada 2019. KA Taksaka relasi Gambir–Yogyakarta juga mengalami percepatan dari 7 jam 40 menit menjadi 6 jam 5 menit.
Bersamaan dengan itu, performa ketepatan waktu KAI semakin menguat dengan keberangkatan tepat waktu naik dari 99,54 persn (2020) menjadi 99,77 persen(2024), dan kedatangan tepat waktu meningkat dari 93,11 persen menjadi 96,05 persen.
“Tepat waktu bukan lagi keunggulan tambahan, itu sudah jadi standar layanan kami yang akan terus ditingkatkan,” kata Vice President Public Relations KAI Anne Purba.
Peningkatan performa tersebut tak lepas dari dukungan modernisasi prasarana dan pemanfaatan teknologi. Untuk mempermudah pelanggan saat naik kereta api dan mempercepat proses keberangkatan, KAI menghadirkan berbagai inovasi digital seperti face recognition.
Sepanjang Januari hingga Juni 2025, sebanyak 5.400.000 pelanggan telah menggunakan layanan ini. Teknologi ini tidak hanya mempercepat proses boarding tanpa perlu mencetak tiket, tetapi juga berkontribusi besar terhadap pengurangan limbah. KAI berhasil menghemat sekitar 12.953 rol kertas tiket setara efisiensi lebih dari Rp194 juta.
Sebagai bagian dari kampanye keberlanjutan yang lebih luas, KAI juga menghadirkan Water Station di berbagai stasiun. Fasilitas isi ulang air minum ini mendorong pelanggan untuk membawa botol minum sendiri, sekaligus mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Langkah ini memperkuat posisi stasiun sebagai ruang publik yang ramah lingkungan dan mendukung gaya hidup sehat pelanggan kereta api.
“Inovasi kami bukan hanya soal teknologi, tapi soal tanggung jawab sosial dan lingkungan,” ucap Anne.
Lebih dari sekadar efisiensi, seluruh transformasi ini memperkuat peran kereta api sebagai solusi mobilitas masa depan yang bebas macet dan efisien. Integrasi antarmoda menjadi bagian penting dari upaya KAI Group dalam menghadirkan ekosistem transportasi yang terhubung dan berorientasi pada kenyamanan pelanggan.
Di titik-titik strategis, layanan kereta cepat Whoosh misalnya terintegrasi langsung dengan LRT Jabodebek di Stasiun Halim. Sementara itu, Commuter line Basoetta juga terhubung dengan Bandara Soekarno-Hatta.
Berbagai integrasi ini memperkuat peran KAI Group sebagai penggerak konektivitas nasional yang modern, ramah lingkungan, dan selaras dengan kebutuhan mobilitas masyarakat masa kini.
Hasil nyata dari seluruh upaya tersebut tercermin dalam peningkatan kepercayaan masyarakat. Selama Semester I 2025, KAI Group melayani 240.906.117 pelanggan, naik 8,9 persen dibandingkan Semester I 2024 yang mencatat 221.206.420 pelanggan.
“Setiap peningkatan operasional yang kami lakukan adalah cara KAI menghadirkan layanan yang lebih relevan, berkelanjutan, dan berpihak pada masyarakat,” ujar Anne.