Ketika Totalitas Kebaikan Pesantren Dibalas Narasi Jahat

by -4 Views

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Beberapa hari terakhir, publik dibuat heboh oleh tayangan televisi yang menyinggung tradisi pesantren. Di tengah riuh percakapan digital, reaksi pun bermunculan — dari kecaman dan klarifikasi, sampai permintaan maaf terbuka.

Namun di balik hiruk-pikuk itu, ada pelajaran yang patut direnungi: kita sering lupa memahami pesantren bukan sekadar tempat belajar agama, melainkan lentera peradaban yang telah menerangi perjalanan bangsa selama lebih dari satu abad.



Salah satu lentera itu bernama Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur. Ia bukan sekadar lembaga pendidikan Islam, tapi simbol keilmuan, kesederhanaan, dan keteguhan moral.

Didirikan pada tahun 1910 oleh KH Abdul Karim, Lirboyo lahir di masa sulit — ketika Kediri masih dirundung kekacauan sosial dan masyarakat haus akan bimbingan rohani. Dari desa kecil yang tenang itu, Lirboyo tumbuh menjadi mercusuar ilmu dan akhlak, menuntun ribuan santri untuk belajar, berjuang, dan mengabdi.

Sejarah mencatat, para santri Lirboyo bukan hanya tekun di depan kitab. Mereka juga turun ke medan juang saat Republik baru berdiri. Mereka ikut melucuti tentara Jepang dan berjuang melawan pasukan Sekutu di Surabaya dalam semangat Resolusi Jihad yang dikumandangkan KH Hasyim Asy’ari. Ratusan santri berangkat dengan tekad suci, dan kembali dengan kepala tegak — membawa cerita tentang iman yang berani.

Tradisi perjuangan itu kini menjadi napas dalam kehidupan santri. Di Lirboyo, belajar bukan sekadar menambah ilmu, tetapi meneguhkan pengabdian melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas spiritual, tetapi juga berdaya dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya.

Melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan kewirausahaan dan pendampingan di desa-desa, pesantren mendorong kemandirian umat dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. Para alumni pesantren pun tersebar di berbagai sektor, menjadi pemimpin yang berintegritas dan agen perubahan yang menjunjung tinggi toleransi dan keadilan. 

Menjaga Tradisi, Menyapa Zaman

Lirboyo tak hanya bertahan dengan tradisi, tapi juga beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan ruhnya. Sejak 1925, pesantren ini sudah menerapkan sistem kelas formal lewat Madrasah Hidayatul Mubtadiin, jauh sebelum banyak pesantren lain melakukan hal serupa.

sumber : Antara