Ladang Sayur di Dalam Gedung: Potret Pertanian Masa Depan

by -23 Views
banner 468x60
Ladangfarm pertanian vertikal modern / DAAITV
Ladangfarm pertanian vertikal modern / DAAITV

FIFARM–Di tengah padatnya kawasan metropolitan seperti Jakarta, di mana ruang hijau semakin langka, muncul sebuah inovasi pertanian yang menghadirkan harapan baru bagi masa depan pangan: vertical farming atau pertanian vertikal. Menelusuri salah satu fasilitas pertanian dalam ruangan tertinggi di Indonesia—Ladang Farm Teknologi menyuguhkan inspirasi tentang bagaimana teknologi mampu merevolusi cara kita memproduksi pangan di tengah keterbatasan lahan perkotaan.

Revolusi Hijau di Tengah Kota Beton

banner 336x280

Bayangkan di tengah deretan perkantoran, berdiri gedung yang mampu menghasilkan ratusan ton sayuran segar setiap bulan.

Konsep Ladang Farm lahir pada tahun 2022, berangkat dari tantangan keterbatasan lahan di kawasan urban. Melalui pemanfaatan teknologi agritech, konsep ini menghadirkan solusi konkret untuk memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah ancaman perubahan iklim dan urbanisasi yang masif.

Menyusuri Ladang Farm: Teknologi dan Skala yang Mengesankan

Fasilitas Ladang Farm berdiri di dalam gedung setinggi 18 meter dengan sistem tanam hidroponik bertingkat hingga 13 level dan lebih dari 3.000 lubang tanam. Dalam satu bulan, kapasitas produksinya mencapai sekitar 200 ton sayuran segar yang langsung disalurkan ke berbagai hotel, restoran, kafe, dan layanan pengantaran di Jakarta serta sekitarnya.

Seluruh sistem dikendalikan secara otomatis melalui teknologi Internet of Things (IoT). Teknologi tersebut memonitor suhu, kelembapan, nutrisi, dan pH air secara real-time agar tanaman tumbuh optimal.

Fasilitas ini terbagi dalam beberapa zona: area persemaian untuk pembibitan, ruang utama untuk panen, area perawatan tanaman, serta greenhouse berteknologi tinggi.

Teknologi dan Proses Produksi

-Menggunakan sistem hidroponik tanpa tanah: tanaman ditanam dalam media seperti rockwool atau sistem tanam vertikal lainnya, ditopang oleh sirkulasi air dan nutrisi secara terkendali.

-Ketinggian rak-tanam hingga 18 meter memungkinkan produksi setara satu hektare lahan konvensional dalam footprint yang jauh lebih kecil.

-Sistem sirkulasi air menggunakan mekanisme gravitasi: air naik ke tandon atas melalui pompa, kemudian dialirkan ke rak-tanam dan kembali ke tandon bawah.

-Sistem distribusi dan logistik : karena lokasi di kota besar, jarak dari panen ke konsumen relatif pendek, sehingga kesegaran produk bisa lebih terjaga

Produk dan Output

-Beberapa jenis tanaman unggulan yang dibudidayakan antara lain: selada (lettuce), Thai basil, Italian basil, mint, serta perilla (siso).

-Kapasitas produksinya mencapai sekitar ±2 ton sayuran segar per bulan.

-Sebagian besar hasil panen disalurkan ke pasar premium seperti hotel, restoran, dan café di Jakarta serta sekitarnya.

Dari Bibit Hingga Siap Saji: Proses Produksi yang Efisien dan Ramah Lingkungan

Ladang Farm memfokuskan produksinya pada lima jenis tanaman herba dan sayuran premium yang memiliki permintaan tinggi, yaitu Thai basil, Italian basil, perilla (siso), mint, dan lettuce. Semua ditanam dalam lingkungan steril, bebas pestisida, serta dipantau ketat dari fase bibit hingga panen.

Pada tahap persemaian, bibit tumbuh di bawah lampu LED yang mensimulasikan sinar matahari alami. Kualitas air dijaga dengan pH ideal 5–6, sementara nutrisi ditambahkan dengan presisi tinggi. Air yang digunakan pun didaur ulang, menjadikan sistem ini jauh lebih efisien dibandingkan pertanian konvensional.

Hasilnya adalah sayuran yang tidak hanya segar dan higienis, tetapi juga memiliki cita rasa lebih kuat. Daun-daun hijau dikemas dan dikirim ke konsumen hanya dalam hitungan jam—dari farm to table secara nyata.

Tantangan dan Peluang: Inovasi yang Bernilai Investasi

Meski menjanjikan, sistem pertanian vertikal masih menghadapi tantangan besar, terutama dari sisi biaya operasional yang tinggi akibat penggunaan lampu LED selama 24 jam penuh. Namun, di balik tantangan tersebut, terbuka peluang besar bagi generasi muda dan masyarakat urban. Teknologi ini dapat diterapkan dalam skala lebih kecil, seperti di rumah, apartemen, atau komunitas kota, dengan sistem otomatis yang semakin terjangkau.

Menariknya, Ladang Farm juga terbuka untuk publik. Pengunjung dapat belajar langsung, membeli produk segar, bahkan mencoba pengalaman panen sendiri. Antusiasme masyarakat begitu besar hingga pihak pengelola berencana memperluas konsep serupa ke kota lain seperti Bandung dan Surabaya.

Menuju Masa Depan Pertanian Cerdas dan Mandiri Pangan

Ketika urbanisasi dan perubahan iklim menekan ruang produksi tradisional, vertical farming hadir sebagai solusi nyata—efisien, higienis, dan berkelanjutan.

Dengan kemampuan produksi hingga 200 ton per bulan, Ladang Farm Teknologi membuktikan bahwa bangunan beton di tengah kota pun dapat menjadi sumber kehidupan.

Bagi Anda yang ingin melihat langsung masa depan pertanian Indonesia, kunjungi Ladang Farm di Cilandak. Siapa tahu, Anda akan pulang dengan setangkai basil segar dan semangat baru untuk menjadi bagian dari revolusi hijau berikutnya.

Edukasi dan Wisata: Dibuka untuk kunjungan publik dan media sejak tahun 2025, menawarkan paket edukasi hidroponik, praktik menanam, dan pengalaman memanen sayuran langsung dari instalasi vertikal. Pengunjung dapat memetik dan membawa pulang hasil panennya.

Lokasi: Jl. H. Ipin No. 2, RT. 4/RW. 8, Lebak Bulus, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12440.

Jam Operasional: Umumnya buka pada hari kerja (Senin-Jumat) dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dan tutup pada akhir pekan (Sabtu-Minggu). Jadwal bisa berubah, silakan ditanyakan sebelum berkunjung.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.