Pembentangan Strategi Beasiswa Pemerintah Australia

by -21 Views


Harits Masduqi



banner 336x280

Eduaksi | 2025-10-13 10:11:34

Pendahuluan

Globalisasi adalah sebuah tatanan masyarakat antar bangsa yang tidak mengenal batas wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara lain di seluruh penjuru dunia yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain, globalisasi memberi pengaruh signifikan terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Di bidang pendidikan, para pemangku kebijakan bersemangat untuk menjalankan pendidikan tinggi dengan lebih terbuka dan menjalin kerja sama dengan universitas-universitas di negara-negara maju dalam bentuk penelitian/publikasi bersama, kuliah tamu, magang/perekrutan tenaga kerja, dan pemberian beasiswa luar negeri. Di kalangan sivitas akademika yang telah berhasil memperoleh beasiswa dan kuliah di luar negeri, hal positif yang ditularkan adalah budaya berpikir global, beradaptasi dengan hal-hal baru, bersikap terbuka dengan perbedaan, berdisiplin tinggi, dan bersemangat untuk maju yang pada akhirnya menciptakan identitas sumber daya manusia Indonesia yang lebih positif di kancah dunia.

Sehubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di lingkungan pendidikan tinggi seperti yang dipaparkan sebelumnya, melalui makalah ini penulis membahas sebuah kegiatan pengabdian masyarakat berupa presentasi strategi pemerolehan beasiswa dari Pemerintah Australia yang ditawarkan setiap tahun di situs https://www.australiaawardsindonesia.org/. Presentasi yang disampaikan meliputi strategi dalam menghadapi proses administrasi dan wawancara beasiswa tersebut.

Metode

Kegiatan pengabdian masyarakat yang membahas tentang strategi jitu dalam memperoleh beasiswa dari negeri kangguru ini menggunakan metode presentasi materi dan diskusi. Kegiatan tersebut diselenggarakan di sebuah aula universitas swasta ternama dan dihadiri oleh 50 dosen dan guru sekolah menengah di lingkungan Kota Malang. Sebelum pergantian Semester Gasal 2025/2026, penulis sebagai dosen tamu mencapai kesepakatan dengan pemateri lainnya sebagai tuan rumah bahwa penulis tidak akan menyampaikan lokasi dan waktu kegiatan secara detail di makalah ini.

Kegiatan presentasi ini disampaikan dengan gaya bersahabat untuk menciptakan suasana kondusif dengan peserta. Setiap sesi kegiatan di awali dengan pancingan anekdot untuk menarik perhatian peserta yang selanjutnya diikuti dengan presentasi dan diskusi. Gurauan-gurauan yang berbasis pemahaman silang budaya luar negeri dan Indonesia juga diselipkan untuk menghindari kejenuhan.

Pembahasan

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, penulis menyajikan materi-materi yang berdasarkan pada gabungan pengalaman pribadi dan pengalaman awardees lainnya dalam memperoleh beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Australian Aid (AusAid) yang sekarang populer dengan sebutan AAS atau Australia Awards Scholarships. Sesuai kesepakatan dengan pemateri lainnya, penulis hanya melampirkan satu foto kegiatan seperti pada gambar di bawah ini.

Pada sesi pertama, Strategi dalam Administrasi Beasiswa, penulis menyampaikan bahwa sebagaimana lazimnya beasiswa pascasarjana di negeri maju lainnya, beasiswa AAS juga menerapkan proses administrasi yang ketat. Semua pelamar beasiswa AAS wajib mengisi lembar aplikasi dan mengunggah semua dokumen pendukung secara online (di antaranya adalah fotokopi ijazah/transkrip, sertifikat IELTS, proposal, dan surat rekomendasi. Semua dokumen tersebut harus diterjemahkan dalam Bahasa Inggris sebelum diunggah di sistem beasiswa AAS. Di sini penulis menekankan kepada para peserta tentang pentingnya kesabaran ekstra dan perencanaan yang matang dalam melamar beasiswa dari Pemerintah Australia tersebut.

Penulis bercerita bahwa dalam waktu dua bulan, dia menyiapkan semua dokumen tersebut dengan menyusun daftar prioritas. Persyaratan yang berhubungan dengan legalisir transkrip dan ijazah serta pemerolehan LOA dari universitas di Australia, penulis meminta bantuan staf dari IDP Malang. Sebelumnya, penulis telah memperoleh surat rekomendasi dari atasan dan dosen pembimbing akademik.

Selanjutnya, penulis menyampaikan bahwa tantangan yang berat adalah membuat proposal, mengisi lembar aplikasi, dan mendapatkan nilai IELTS yang memenuhi syarat (6,5). Untuk mengatasi masalah pertama dan kedua, penulis meminta saran dari beberapa rekan dosen yang pernah berhasil mendapatkan beasiswa AAS. Dalam penulisan proposal dan pengisian lembar aplikasi beasiswa, penulis banyak diberi masukan oleh profesor dan dosen senior di Universitas Islam Malang dan Universitas Negeri Malang. Saran dan masukan dari para begawan pendidikan itu sangat penting karena beberapa pertanyaan dalam aplikasi lamaran beasiswa tersebut membutuhkan jawaban dan keywords yang strategis. Penulis yakin bahwa hanya orang yang pernah dapat beasiswa AAS saja yang tahu cara menyiasati lika-liku dalam melamar beasiswa idaman tersebut.

Penulis kemudian menyampaikan tantangan berikutnya yaitu memperoleh skor IELTS seperti yang dipersyaratkan oleh beasiswa AAS. Pertama kali mengikuti latihan tes IELTS di sebuah pameran pendidikan Australia di Surabaya, penulis gagal total dalam mencapai skor tersebut. Penulis kemudian mengikuti latihan tes yang kedua di sebuah pameran pendidikan Australia di Malang. Kali ini dengan persiapan yang lebih matang, penulis mempelajari beberapa buku yang membahas tentang strategi pengerjaan soal IELTS. Sayang, di tes kedua ini hasilnya juga tidak menggembirakan. Tak kenal kata menyerah, penulis memberanikan diri untuk mengikuti tes IELTS yang ketiga (tes yang sesungguhnya) di Surabaya dan akhirnya berhasil meraih skor 7. Alhamdulillah!

Pada sesi kedua, Strategi dalam Wawancara Beasiswa, penulis berbagi pengalaman bahwa setelah memenuhi semua persyaratan administrasi beasiswa AAS secara online, dua bulan berikutnya penulis berhasil memperoleh surat invitasi untuk mengikuti tes wawancara sebagai tahap seleksi kedua di Surabaya. Penulis kembali berkonsultasi dengan beberapa kolega dosen senior yang sudah berpengalaman dalam menghadapi wawancara beasiswa Australia. Selain melakukan konsultasi, penulis juga mengunduh trik dan tips wawancara dari beberapa AAS awardees di situs-situs beasiswa luar negeri. Penulis juga menyampaikan bahwa hal yang tak kalah penting adalah menjalani proses tirakat sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing peserta.

Pada saat tes wawancara, penulis bercerita bahwa dia head-to-head dengan dua profesor dari Australia dan Indonesia. Untuk tahap ini, penulis menekankan bahwa strateginya sederhana saja yaitu jangan grogi, bersikap sopan dan sewajarnya saja. Penulis menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan apa adanya serta ’membagi’ pandangan mata kepada kedua profesor selama proses wawancara. Selain itu, sebelumnya penulis juga menghafalkan proposal dan semua jawaban di lembar aplikasi (termasuk alasan memilih program studi, universitas, dan negara bagian, serta pengetahuan umum tentang survival skills di Australia). Strategi hapalan ini ternyata sangat bermanfaat. Hampir semua pertanyaan dalam wawancara tersebut tidak terlalu jauh dari poin-poin utama di proposal dan lembar aplikasi beasiswa. Hanya ada sedikit pertanyaan yang sedikit di luar perkiraan, misalnya hubungan luar negeri antara Pemerintah Indonesia dan Australia di masa lalu dan antisipasinya di masa mendatang. Untungnya penulis sering membaca berita-berita internasional sehingga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan meyakinkan.

Rangkaian kegiatan presentasi ini kemudian mendapat sambutan yang lebih hangat dari peserta dalam sesi terakhir, Q & A atau diskusi tanya jawab. Sambutan positif ini tercermin pada keaktifan banyak peserta yang bertanya lebih detail tentang strategi beasiswa yang disampaikan di kedua sesi sebelumnya. Motivasi tinggi ini diimbangi oleh penulis dengan jawaban-jawaban yang mendukung pemahaman peserta terhadap hal-hal strategis yang mereka butuhkan untuk melamar beasiswa AAS kelak. Akhirnya, secara umum bisa dikatakan bahwa para peserta terlihat bersemangat dalam mengikuti semua sesi yang disampaikan oleh pemateri secara bervariasi dengan metode brainstorming with anecdotes, presentasi, dan diskusi.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, kegiatan pengabdian masyarakat yang berhubungan dengan strategi pemerolehan beasiswa Pemerintah Australia ini diikuti dengan antusias oleh para peserta. Mayoritas peserta juga aktif dalam bertanya dan memberikan umpan balik yang konstruktif kepada penulis dan panitia. Di sisi lain, konsumsi dan materi digital berisi rangkaian tips untuk memperoleh beasiswa luar negeri yang dibagikan oleh panitia juga mendapat sambutan yang menggembirakan.

Ada beberapa masukan yang bagus dari para peserta yang di antaranya adalah masalah waktu kegiatan yang dianggap singkat sehingga sesi tanya jawab tidak bisa mengakomodasi semua pertanyaan dari peserta. Selanjutnya, terdapat saran untuk mengurangi kecepatan berbicara pemateri dalam menyampaikan anekdot dan istilah-istilah yang menggunakan Bahasa Inggris. Dalam hal ini, penulis dan perwakilan panitia bisa memaklumi dan berjanji untuk memperbaiki. Masukan-masukan yang baik tersebut bermanfaat untuk peningkatan kualitas program-program kuliah tamu atau seminar di waktu mendatang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di