
Warga mendoakan jenazah korban ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Rumah Sakit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso, Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/10/2025). Hingga Senin (6/10) pukul 10.00 WIB, DVI Polda Jawa Timur menerima 50 kantong berisi jenazah korban serta 5 kantong berisi body part dan 10 di antaranya telah teridentifikasi serta telah diserahkan ke pihak keluarga.
REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO — Peristiwa ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur menyisakan cerita sedih. Syahlendra Haikal, santri yang selamat dari maut meski kaki kirinya diamputasi, hingga kini masih menjalani perawatan di RSUD R.T. Notopuro.
Haikal masih menjalani perawatan pascaamputasi kaki kirinya pada pekan lalu. Ia sebelumnya dievakuasi dalam kondisi kritis dari reruntuhan bangunan dan menjalani perawatan intensif akibat infeksi serius yang memaksanya kehilangan salah satu kakinya.
“Haikal adalah salah satu korban luka berat yang harus diamputasi. Tapi, alhamdulillah saat ini sudah membaik dan masih dalam perawatan. Kami terus pantau dan dampingi bersama tim dokter, psikolog, dan pemerintah daerah,” kata Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf saat menjenguk Haikal, Jumat (10/10/2025) siang.
Menteri yang akrab disapa Gus Ipul itu mengatakan penanganan terhadap korban bencana ini telah memasuki fase rehabilitasi, setelah sebelumnya melewati masa evakuasi dan darurat. Pada tahap ini, pemerintah akan fokus pada pemulihan menyeluruh bagi para korban, tidak hanya dari sisi medis tapi juga sosial dan psikologis.
Pemerintah, lanjutnya, tidak akan membiarkan keluarga korban berjuang sendiri. Bantuan dan perlindungan sosial juga akan diberikan secara berkelanjutan, termasuk penyediaan alat bantu bagi korban disabilitas seperti Haikal.
“Rehabilitasi medis dilakukan di rumah sakit. Tapi, lebih dari itu, rehabilitasi sosial juga penting, termasuk pemulihan trauma, jaminan kesehatan, pendidikan, serta pemberdayaan bagi keluarga korban,” ucapnya.
“Kami pastikan semua alat bantu disiapkan sesuai kebutuhan. Tapi, yang lebih penting adalah perlindungan sosial dan pendampingan keluarga. Karena membesarkan anak penyandang disabilitas butuh kekuatan mental dari orang tua juga,” kata Gus Ipul menambahkan.