
Surabaya, CNN Indonesia —
Masyarakat di sekitar Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, yang berada di sepanjang Besuk Kobokan diminta menjauh hingga 20 kilometer (km) dari puncak atau pusat erupsi.
Hal itu dikatakan Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian. Ia meminta warga menjauh terutama di sektor tenggara.
“Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak atau pusat erupsi,” kata Mukdas melalui keterangannya, Kamis (20/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar zona tersebut, warga tetap diminta tidak beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai yang terhubung dengan Besuk Kobokan.
“Masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar,” ujarnya.
Mukdas mengatakan masyarakat waspada terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Selain itu, masyarakat juga diminta tetap waspada terhadap potensi awan panas guguran, aliran lava, dan lahar yang dapat terjadi sewaktu-waktu di seluruh aliran sungai yang berhulu di Semeru, terutama di Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar dan Besuk Sat.
Dalam pengamatan PVMBG, Mukdas menyampaikan, aktivitas Semeru meningkat signifikan berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan sepanjang hari kemarin, Rabu (19/11). Dari visual, gunung sempat terlihat jelas meski beberapa kali tertutup kabut 0-III.
Awan panas guguran teramati meluncur sejauh 13 kilometer ke arah tenggara dan selatan. Selain itu, terjadi 10 kali letusan dengan ketinggian asap 200-600 meter.
Guguran lava juga terekam sebanyak tiga kali dengan jarak luncur sekitar 2.000 meter ke arah Besuk Kobokan, serta satu kali awan panas dengan jarak luncur lebih dari 13 kilometer.
Sementara dari pengamatan kegempaan, tercatat 118 kali gempa letusan dengan amplitudo 10-22 mm dan durasi hingga 169 detik. Satu kali gempa awan panas guguran terekam dengan amplitudo 45 mm dan durasi sangat panjang mencapai 14.283 detik.
Aktivitas guguran muncul 30 kali, sedangkan embusan terdeteksi empat kali. Tremor harmonik juga muncul empat kali dengan durasi hingga 494 detik.
Selain itu, terekam satu gempa vulkanik dalam serta empat gempa tektonik jauh yang memperkuat indikasi meningkatnya dinamika aktivitas Semeru.
Gunung Semeru mengalami erupsi pukul 14.13 WIB hingga pukul 18.11 WIB, Rabu (19/11), dengan Amplitudo Maksimum 45 mm, durasi 14.283 detik dengan luncuran lebih dari 13 km mengarah ke Tenggara Selatan (Besuk Kobokan).
Tingkat Aktivitas Gunung Semeru saat ini berada di Level IV atau Awas. Pada pukul 19.56 WIB getaran banjir sudah tidak terekam. Erupsi berakhir namun status Awas tetap diberlakukan.
Hingga Rabu malam, sebanyak 1.156 jiwa dilaporkan mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru. Mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka dan dievakuasi ke sejumlah titik pengungsian di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Selain itu ada juga dua orang yang dirawat di RSUD Haryoto akibat mengalami luka bakar saat melintas di sekitar Gladak Perak. Mereka yakni Haryono (48) dan Normawati (43) warga Desa Maron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri yang saat dirawat di RSUD Haryoto, Lumajang.
Pendakian Gunung Semeru hingga Ranu Kumbolo di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, juga dinyatakan ditutup total menyusul erupsi tersebut.
Di sisi lain, ada 178 orang dilaporkan masih terjebak di lereng Gunung Semeru tepatnya di Ranu Kumbolo. Mereka terdiri dari pendaki, petugas, saver, porter hingga tim Kementerian Pariwisata.
“Jumlah orang yang berada di Ranu Kumbolo 178 orang. Terdiri 137 orang pendaki, 1 orang petugas, 2 saver, 7 orang PPGST (Pendamping Pendakian Gunung Semeru Terdaftar), 15 porter, 6 orang dari tim Kementerian Pariwisata,” kata Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Septi Eka Wardhani, Rabu (19/11) malam
(fra/frd/fra)









